My Home

Selasa, 21 Februari 2012

Wisata Matahari

Well, sekarang ini akhirnya ketemu juga teman – teman yang bisa membuat salah satu hobbyku ini dapat di manjakan, yaitu jalan – jalan.
Dulu benar – benar tidak akan menyangka akan dekat dengan teman – temanku tersebut, entah kenapa aku jadi dekat dengan mereka, dan bisa menyalurkan hobby jalan – jalanku ini.

Setelah melakukan perjalanan ke daerah gunung salak beberapa bulan yang lalu, dan ke daerah Jakarta Utara di akhir 2011 yang lalu, kali ini kami berencana untuk melakukan perjalanan ke daerah puncak bogor.
Dengan semagat ’45 aku bangun pagi hari itu, aku tak mau telat lagi kali ini, setelah di 2 perjalanan yang lalu aku datang cukup telat. Aku berangkat dari rumah sekitar jam 06.00 pagi (hmm,tidak pas 06.00 juga sih,tapi ya untuk mempermudah saja,hehe), sepeda motor aku arahkan ke daerah kelapa gading terlebih dahulu dengan niat menitipkan motor di kosan salah satu temanku, setelah sampai, sarapan dan menitipkan motor, aku bersama kedua temanku berangkat menuju terminal pulo gadung. Sekeluarnya kami dari kosan, kami berjalan sedikit menuju perempatan yang biasa dilewati angkot, dengan harapan kami bisa sampai disana dengan cepat. Oke,setelah menunggu sekitar hampir 20 menit, tak ada 1 angkot pun yang datang menghampiri, kami sudah bingung mau berbuat apa lagi, karena di tempat tersebut cukup sulit menemukan kendaraan umum. Seakan bagaikan malaikat yang turun dari surga, datanglah bajaj menuju ke arah kami, dan dengan sedikit pertimbangan kami pun naik bajaj tersebut. Dengan hati tenang kami melewati jalanan menuju terminal pulo gadung, tapi ternyata ada sedikit perbedaan pendapat antara kami dengan sang supir bajaj, ternyata sang supir tidak mau mengikuti jalur kami dengan alasan jalur yang akan ia tempuh menuju tanah abang(katanya sih itu daerah rute bajajnya yang seharusnya) tidak boleh dilewati oleh bajaj, terjadilah perdebatan sengit yang akhirnya kami menangkan dan si supir hanya pasrah dan mengiyakan jalur yang kami minta. Ya dengan ongkos yang sedikit kami tambahkan sebagai tanda prihatin kami pada sang supir yang harus memutar jalur yang cukup jauh untuk menuju tanah abang, kami harap “tragedi bajaj” ini tidak akan terjadi lagi.
Dengan kondisi ketelatan kami karena “tragedi bajaj” tadi akhirnya kami harus buru – buru ke terminal pulo gadung dengan sedikit berjalan kaki, agar tidak ketinggalan bus jurusan Pulo Gadung – Sukabumi.
Setelah bertemu dengan beberapa anggota jalan – jalan lainnya, kami pun langsung menuju bus yang menuju sukabumi, dan Wala, kami langsung mendapatkan bus yang kami cari. Perjalanan cukup lancar dengan bus tersebut, walaupun ada sedikit perseteruan dengan pengamen, selanjutnya lancar – lancar saja, sampai ketika bus telah masuk tol ciawi dan tercium bau gosong nan aneh dari bus tersebut, yang akhirnya bus pun berhenti dan mogok. Penumpang pun kecewa, tapi dengan sigap sang kenek langsung menghandle masalah dan “bbbrrrrrmmmm bbbrrrrmmmm bbbrrrmmm” mesin menyala lagi dan berlanjutlah perjalanan kami. Kami turun di pasar ciawi yang bertempat di dekat pintu keluar tol ciawi, di sana kami meneruskan angkot menuju tempat tujuan pertama kami “Cimory Resto”.


Sesampainya di “Cimory Resto” kami pun masuk dan mulai memesan tempat untuk menyantap menu sarapan kami pagi itu. Sekedar info mengenai Cimory Resto, ini adalah sebuah tempat yang sebenarnya untuk menjual susu khas Cimory dan makanan – makanan turunan susu lainnya, seperti yoghurt, bakpao dll. Tapi sekarang sepertinya di modernisasi dengan ditambahkan resto untuk tempat istirahat dan menyantap makanan – makanan yang ada di tempat ini.

Sebagai hidangan pembuka, kami memilih bakpao, dengan harga Rp. 5000 kami sudah mendapatkan sebuah bakpao yang baru di kukus dan masih hangat dengan rasa yang bervariasi mulai dari kacang hijau, talas, kacang merah, hingga white lotus(kami kurang beruntung karena kami kehabisan bakpao white lotus, padahal kami cukup penasaran dengan rasanya). Bersama susu khas Cimory, kami menikmati makanan pembuka kami pagi itu, setelah itu datang tortuila(ya entahlah namanya seperti apa, tapi sejenis kebab dengan isi daging ham sapi dan berbagai bahan tambahan seperti yang terdapat di kebab) pesanan kami. 2 teman kami lainnya memesan Menu sosis yang menjadi andalan dan menjadi menu yang termasuk recomanded chef. Harga tortuila sekitar Rp. 15.000 sedangkan menu Sosis berkisar antara Rp.32.000 s.d Rp. 50.000. Untuk menu sosis, harga yang ditawarkan cukup sebanding dengan rasanya yang benar – benar menggoyang lidah, sosis yang dibuat dari daging sapi atau ayam pilihan, ,benar – benar memanjakan para pecinta sosis, dan dengan panjang sekitar 30 cm, perut cukup terpenuhi untuk memulai perjalanan kami. Setelah selesai dan menikmati indahnya pemandangan puncak di pagi hari, kami mulai hunting oleh – oleh khas Cimory. Sosis yang di hidangkan tadi juga di jual dalam bentuk mentah dengan harga berkisar antara Rp. 30.000 s.d Rp. 45.000, sedangkan susu khas Cimory seharga Rp. 15.000 untuk ukuran besar, dan Rp. 13.000 untuk ukuran kecil, sedangkan harga yoghurt Cimory seharga Rp. 5.500.

Setelah puas di Cimory, kami mengarahkan langkah kami menuju Taman Matahari yang terletak di dekat situ.
Taman Matahari merupakan salah satu objek wisata permainan yang ada di puncak, berbagai permainan ada di sana, mulai dari permainan air seperti Water Bike, Paddle Boat, Perahu Dayung, dan masih banyak lagi, selain itu ada juga arum jeram yang akan meningkatkan adrenalin, dan ada juga motor ATV yang siap untuk dikendarai. Dengan Rp. 15.000/orang kami sudah mendapatkan tiket terusan di taman Matahari.

Kebingungan mencari tempat permainan untuk kami datangi, kami akhirnya memilih “Terapi Ikan” untuk kami kunjungi pertama kali. Terapi ikan bukan termasuk arena free yang ada di tiket terusan kami, jadi kami harus membayar Rp. 5.000 untuk menikmati terapi ikan tersebut. Kesan pertama ketika memasukkan kaki ke dalam kolam adalah “kok ikannya gede yah??” ya jika di lihat, ikan yang ada ukurannya lebih besar daripada ikan yang terdapat di tempat terapi ikan di mall – mall.


Rasanya pun terasa sekali ketika digigit oleh ikan tersebut, rasanya seperti kesemutan saat digigit. Seteah cukup lama kami menikmati terapi ikan kami pun menuju ke tempat bermain selanjutnya, “Perahu Dayung”.


Antrean panjang tidak menyurutkan hati kami untuk mencoba permainan yang satu ini, dan ketika giliran kami datang kami langsung mengisi kapal karet yang sudah disediakan, dan dengan PDnya kami menolak ketika ditawarkan pemandu untuk kami, dan setelah mulai mendayung, kesan pertama adalah “kok muter – muter terus yah kapalnya, kapan majunya nie??” aku yang pernah melihat orang – orang yang mendayung menganggap bahwa mendayung itu hanya “oh cuma gitu doang”, tapi ketika prakteknya, pikiran “oh cuma gitu doang” berubah menjadi “gokil, kapan majunya nih kapal”
Dengan perlahan tapi pasti kami akhirnya maju dan mengikuti rute yang ada, dengan PDnya kami melewati rute sebanyak 2 kali(seharusnya sih 1 kali aja sebenarnya), karena sudah merasa jadi kelompok yang paling lama, kami akhirnya kembali ke tempat pemberhentian terakhir kami, dan turun dengan kondisi alas kaki basah kuyup.
Puas dengan dayung mendayung, beberapa dari kami ingin mencoba “Paddle Boat”, sejenis sepeda besar dengan kapasitas 2 penumpang yang di genjot berdua. Kali ini aku tidak mencobanya, karena yang pasti akan sangat melelahkan untuk menggoes Paddle boat tersebut, dan alasanku terbukti, kesan untuk mereka adalah “kok goesnya susah yah??” begitulah perkiraan kesan mereka, ketika mereka mencoba sepeda ukuran jumbo dengan dua roda belakang sebagai penggerak, dan satu roda depan untuk mengatur arah.


Dengan mengeluarkan segenap kekuatan yang tersisa, akhirnya mereka selesai juga, bertepatan dengan selesainya ke-4 temanku itu, hujan mulai turun, dan kami mulai mencari tempat berteduh. Sambil menikmati menu makan siang kami, kami berteduh di sebuah tempat makan yang memiliki semacam gazebo yang melindungi kami dari hujan.
Setelah hujan reda, dan makanan kami selesai di santap, kami mulai mengantri lagi di sebuah wahana air bernama “Water Bike”, ya seperti naik bebek – bebekan yang ada di ancol, dengan di goes seperti sepeda, sang kapal akan berjalan sesuai dengan arah kami inginkan.


Permainan yang tidak menuntut tenaga besar ini sebenarnya mengasyikkan jika lama, namun apa daya kami rute yang di berikan ternyata begitu pendek dan, akhirnya selesai. “kurang puas” mngkn itulah pendapat kami, tapi mau bagaimana lagi, rutenya hanya segitu dan tidak buat lama juga. Jadi akhirnya kami beristirahat sejenak sambil menunggu 2 teman kami yang ternyata begitu lama main Water Bike, aku jadi bingung dan timbul pertanyaan “lewat rute mana yah mereka, kok lama nyampenya??”
Setelah ke-2 temanku itu selesai, akhirnya kami tahu alasan mereka lama, ternyata mereka melalui rute yang tidak lazim untuk di lalui, dan sebenarnya bukan rutenya, pantas saja mereka cukup lama.
Well, hari sudah mulai sore dan akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Di perjalanan kami menuju pintu depan Taman Matahari, ternyata hujan kembali turun, dan kami terpaksa harus berteduh sebentar. Dengan bermodalkan payung yang ada, kami menuju pintu gerbang Taman Matahari, tapi karena hujan terlalu deras, kami terpaksa berteduh lagi. Hangatnya jagung rebus benar – benar menggoda kami untuk membelinya di suasana yang cukup dingin. Ketika jagung kami habis, hujan pun reda, dan kami meneruskan perjalanan kami, perjalanan menanjak yang memerlukan tenaga ekstra membuat kami sedikit kelelahan, dan akhirnya, sampai juga kami di depan pintu gerbang Taman Matahari, dari sana kami meneruskan perjalanan pulang kami dengan angkot, dan berhenti sejenak untuk membeli oleh – oleh khas puncak “Ubi Madu Cilembu”, ubi yang jadi favorit oleh – oleh tempat ini memang di gandrungi para wisatawan, dengan pilihan harga yang beragam, ubi pun disediakan yang sudah di oven dan yang masih mentah, jadi kita bisa memilih sesuka kita.

Setelah membeli oleh – oleh, kami pun naik angkot lagi untuk menuju  pasar ciawi, tempat kami akan naik bus. Hujan lagi – lagi mengguyur, dan kota hujan memang pantas diberikan kepada bogor, karena seringnya hujan di kota ini. Di tengah hujan kami berusaha untuk mencari bus menuju Pulo Gadung, namun di luar perkiraan kami, bus tersebut ternyata sudah berangkat, akhirnya kami memilih bus menuju Kampung Rambutan.
Sesampainya kami di terminal kampung rambutan, salah satu anggota kami sudah dijemput dan dari situ kami berpisah. Melanjutkan perjalanan pulang kami, kami memilih bus menuju Pulo Gadung.
Sesampai di Pulo Gadung, kami memutuskan untuk naik taksi menuju kosan temanku tempat aku menitipkan motor, di tambah dengan 2 orang lagi, setidaknya mala mini tidak akan terlalu sepi kondisinya,hehe.
Setelah istirahat sejenak, kami memutuskan untuk makan malam di sekitar kosan temanku, setelah itu kami bersiap – siap menuju rumah masing – masing.

“Tidak peduli kemana kita pergi, yang terpenting adalah dengan siapa kita melakukan perjalanan”
baca selengkapnya>>>
HackingUniversity - Hacks • Pranks • Tricks • How-Tos.Get Falling Snow Effect