My Home

Jumat, 23 Desember 2011

Wisata Bahari

Setelah melakukan perjalanan di daerah selatan Jakarta alias Bogor, hari minggu yang lalu aku bersama teman – teman kantor (anggotanya sih sama dengan yang jalan – jalan ke bogor, hanya ada 1 orang yang akhirnya tidak bisa ikut. Walaupun begitu, ada rekan – rekan lain yang ikut di perjalanan kali ini ^^, dan yang pasti perjalanan kali ini lebih ramai) melakukan perjalanan mengitari daerah sekitar pesisir Jakarta Utara.

Ok, kali ini aku akui sedikit telat lagi (padahal udah bangun pagi, sempet cuci motor dan melakukan kegiatan pagi lainnya) tapi mungkin kegiatan paginya terlalu banyak, jadinya telat dah,ckckckck.

Datang ke tempat berkumpul disambut dengan wajah masam teman - teman yang sudah bosan menunggu dan akhirnya akupun lupa memperkenalkan teman kampusku kepada teman – teman kantorku (ckckckck,yang satu ini bener – bener lupa dah), dan akhirnya kamipun langsung berangkat menuju tempat tujuan pertama kami.

Ok, sekarang dijelaskan dulu ya rute perjalanan kami kali ini.
Tempat kumpul (Kelapa Gading) à Pelabuhan Sunda Kelapa à Galangan VOC à Museum Bahari à Kompleks Kota Tua à Muara Angke.

Dan perjalanan pun dimulai….
Sebenarnya sih aku gak PD juga jadi penunjuk jalan untuk yang lainnya, tapi mau bagaimana lagi, yang tahu jalan dan pernah ke tempat tujuan pertama ini baru aku saja (ya kalo ada yang udah pernah sih gak tahu juga, tapi yang pasti kalo orang itu pernah ke tempat ini, orangnya pasti males dah nunjukin jalannya, haha ^^).
Well dengan PD kami pun berangkat ke Pelabuhan Sunda Kelapa.
Sesampainya di sana, ternyata yang kami dapatkan adalah…
Jrrrreeeeennnnngggg…
Di luar perkiraanku, aku pikir di pagi hari acara bongkar muat dari kapal belum dilakukan (waktu pertama kali aku datang, kondisi sudah malam dan gak banget dah buat dikunjungi apalagi untuk foto – foto,ckckck), tapi ternyata orang pelabuhan memang rajin, pagi – pagi udah bongkar muat dan kondisinya pun cukup ramai, dan akhirnya kami memilih tempat yang sedikit sepi dan tidak ada kegiatan bongkar muat.
Kami pun berusaha mengurangi sedikit kekecewaan dengan berfoto – foto ria (ya dengan sedikit meyakinkan beberapa orang untuk ikut berfoto – foto juga sih, hehehe ^^).


Kami pun tidak menghabiskan waktu yang lama di sana dan melanjutkan perjalanan kami menuju Galangan VOC.
Ok, pertama kali aku mendengar kata Galangan VOC adalah sebuah tempat yang menyimpan segala perlengkapan kapal – kapal di masa VOC dulu, ya istilahnya mirip museum lah ya (mengingat kata “GALANGAN” adalah sebuah tempat untuk membuat kapal atau perbaikan kapal), tapi setelah mengunjungi tempat tersebut, tenyata hanya namanya saja “Galangan VOC”, mungkin tempat tersebut dulunya sebuah Galangan, namun akhirnya saat ini di ubah fungsi dan kondisinya menjadi sebuah Café dan Resto dengan nama “Galangan VOC Cafe”.
Well, gagal berfoto – foto di area dalam café Galangan VOC kamipun hanya bisa berfoto di area depan Café tersebut (ya cukup baguslah untuk sekedar berfoto – foto).

Sedikit kecewa karena tidak bisa berkeliling lebih lama di Galangan VOC, kami pun mengarahkan kendaraan kami menuju ke Museum Bahari yang sebenarnya hanya terletak di seberang jalan dari Galangan VOC.

Dengan semangat kamipun segera menuju Museum Bahari.
Setelah memarkir kendaraan kami, kami pun segera menuju pintu masuk Museum Bahari.
Kondisi bangunan kuno yang bisa dibilang seperti benteng ini membuat kami tertarik untuk berfoto – foto sejenak di sekitar pintu masuk. Saking asyiknya kamipun sempat di tegur untuk membeli tiket terlebih dahulu untuk masuk ke area Museum Bahari. Kesenangan yang sempat terhenti untuk membeli tiketpun kami lanjutkan ketika masuk ke dalam area museum, bisa di katakan harga tiket masuk cukup terjangkau, dengan merogoh kantong sebesar Rp 2.000, kami sudah dapat berkeliling mengitari Museum Bahari.

Ya namanya juga “Museum Bahari” isi dari museum ini adalah miniatur dari kapal – kapal jaman dulu, maket peta daerah sekitar Museum Bahari ketika VOC alias Belanda masih meduduki daerah Jakarta yang dulu disebut Batavia. Beberapa kapal dengan ukuran asli pun terdapat di museum tersebut, hanya saja sepertinya perawatan untuk kapal – kapal dengan ukuran asli, miniatur, dan beberapa peninggalan lain yang berhubungan dengan kapal, mercusuar dan lainnya kurang terawat, sehingga terdapat banyak debu, kondisinya sudah sedikit rusak dan kondisi bangunan pun sedikit kurang baik, mungkin karena udara yang lembab dan kurangnya perawatan dari petugas museum.






Berfoto – foto di dalam ruangan pun agaknya kurang maksimal karena pencahayaan dari ruangan yang kurang bagus, sehingga foto yang dihasilkan pun kurang memuaskan(ya ada sih beberapa ruangan yang cukup bagus pencahayaannya sehingga foto – foto kami cukup bagus dan layak dipajang, hehe ^^)

Setelah lelah berkeliling museum, kami pun istirahat sejenak untuk menikmati snack yang sudah disiapkan. Setelah istirahat kami pun mengarahkan langkah kami ke toko souvenir yang berlokasi di depan Museum Bahari. Setelah beberapa dari kami mendapatkan souvenir yang mereka inginkan, kamipun mengarahkan langkah kami menuju kendaraan kami dan menuju ke kompleks Kota Tua (Sebenarnya sebelum ke kompleks Kota Tua, kami berencana ke Menara Syahbandar yang terletak hanya beberapa meter dari Museum Bahari, tapi setelah melihat tempat tersebut, kami akhirnya tidak jadi dan langsung menuju kompleks Kota Tua.

Sesampainya di kompleks Kota Tua, kami melangkahkan kaki kami menuju Museum Fatahillah.Dengan biaya Rp 2.000 untuk umum dan Rp 1.000 untuk pelajar / mahasiswa kami sudah dapat mengitari dan menikmati Museum Fatahillah. Well, bisa dibilang ini adalah Museum kompleks Kota Tua yang paling ramai dikunjungi, entah mengapa tapi sepertinya karena beberapa museum lain terlihat biasa saja dibandingkan dengan Museum Fatahillah.


Dengan perabotan yang masih dalam proses pemugaran alias perbaikan, Museum tersebut masih terlihat menarik untuk dijadikan objek berfoto ria. Jika diperhatikan perbedaan yang sangat mencolok antara Museum Bahari dan Museum Fatahillah adalah perawatan setiap peralatan dan objek koleksi yang dipajang di kedua museum tersebut.
Jika di Museum Fatahillah setiap objek koleksinya terawat cukup baik (walaupun ada yang sedikit rusak) sedangkan di Museum Bahari, bangunan serta objek koleksi yang dipamerkan terlihat kurang terawat. Mungkin karena jumlah pengunjung di Museum Bahari jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Museum Fatahillah, sehingga pendapatan retribusi untuk perawatan bangunan dan objek koleksi pun benar – benar kurang.

Ok cukup dengan curhatnya dan kembali ke jalan – jalan…
Setelah dari Museum Fatahillah kami pun sedikit galau dengan tempat tujuan kami berikutnya, mau ke Muara Angke sepertinya masih kesiangan, tapi untuk menunggu waktu menuju ke sana mau kemana lagi??
Akhirnya kami pun memutuskan untuk berangkat menuju Muara Angke (walaupun saat itu kami anggap masih terlalu siang untuk ke sana). Satu hal yang sedikit mengecewakan adalah teman kampusku akhrinya memutuskan untuk pulang terlebih dahulu dan tidak ikut ke tempat tujuan terakhir kami, yaitu Muara Angke.
Well, akibat tidak tidur semalaman akhirnya temanku menyerah juga karena cukup kelelahan, dan akhirnya memutuskan untuk pulang dan istirahat. Ya walaupun begitu kami cukup senang karena temanku tersebut bisa bergabung untuk menikmati jalan – jalan seru bersama kami.

Well, kami pun melanjutkan perjalanan kami ke Muara Angke.
Aku sebagai penunjuk jalan benar – benar blank jalur ke arah Muara Angke sebenarnya, perjalanan menuju Muara Angke benar – benar memanfaatkan penunjuk arah dan GPS yang ada. Ya walaupun agak nyasar – nyasar dan sedikit galau dengan jalan yang ditempuh, akhirnya kamipun sampai juga ke Muara Angke, tepatnya pasar Muara Angke.

Saatnya berburu bahan makanan (Yiipppeeee) ^^
Ok sekarang saatnya untuk mencari bahan makanan mentah yang nantinya akan kami minta olah d rumah makan yang ada di dekat pasar Muara Angke.
Buruan pertama kami adalah Ikan Baronang, beberapa orang memang merekomendasikan untuk membeli Ikan tersebut. Setelah menemukan pedagang yang menjual ikan tersebut, terjadilah proses tawar menawar yang sengit untuk mendapatkan harga yang pas untuk kami. Dan akhirnya kami pun mendapatkan 2 ekor Ikan Baronang dengan berat 1 kg seharga Rp. 35.000. Perburuan pun berlanjut ke Cumi, cukup kecewa ketika kami tidak mendapatkan Cumi yang kami inginkan, namun memang sudah rejeki kami, kami menemukan ibu – ibu yang menjual cumi, ya walaupun berukuran kecil, tapi karena banyak dan kalau di hitung beratnya kami bisa mendapatkan lebih dari 1 kg cumi dengan harga hanya Rp. 20.000
Kerang Hijau pun menjadi sasaran perburuan kami selanjutnya, dengan harga Rp 14.000 kami sudah mendapatkan 2 kg Kerang Hijau.
Setelah berencana untuk mengakhiri perburuan kami, ternyata ada 1 lagi jenis hewan laut yang bentuknya sedikit aneh tapi katanya sih enak. Bentuknya mirip dengan Lobster tapi ukurannya lebih kecil dibandingkan Lobster namun ukurannya lebih besar dibandingkan dengan udang. And then kami akhirnya tahu bahwa hewan tersebut dinamakan Udang Cengkrek (ya katanya sih namanya itu), harganya bisa dibilang murah, kami mendapatkan sekitar 6-7 ekor dengan harga Rp. 10.000 saja.

Ok, kami rasa sudah cukup dan saatnya mencari tempat untuk mengolah bahan makanan mentah yang telah kami beli.
Well, beberapa orang di Muara Angke merekomendasikan Rumah Makan Baruna 12 sebagai tempat makan yang pantas untuk dikunjungi karena masakan mereka yang terkenal enak. Dan akhirnya kamipun menuju tempat makan tersebut.

Tempat yang cukup nyaman, mereka menyediakan tempat untuk lesehan dan juga di meja makan, sehingga memberikan opsi kepada pengunjung untuk memilih tempat. Dan kami salah satu yang memilih opsi lesehan.
Kami mulai menanyakan biaya ongkos untuk memasak dan biaya tambahan yang harus ditambahkan nantinya. Well, ongkos memasak sekitar Rp 20.000 per kg dengan pilihan masak asam manis, saus padang, dan saus tiram, sedangkan ongkos rebus Rp 10.000 per kg, dan untuk ongkos baker, tidak dikenakan ongkos sama sekali alias free atau bahasa prancisnya Gratis, xixixixi ^^
Untuk nasi di charge Rp. 10.000 per orang yang berisi nasi, sambal, lalapan dan segelas air putih.

Akhirnya kami memutuskan untuk memilih opsi bakar untuk ikan baronang dan udang cengkrek, sedangkan untuk cumi kami memilih opsi dimasak saus padang, dan untuk kerang hijau direbus. Setelah di cek barang belanjaan kami oleh pelayan, akhirnya sang pelayan pun berkata, “Mba dan Mas, ini udang cengkrek, kalo dibakar pasti gosong semua, dan gak dapet banyak daging, lebih baik di masak aja, lagipula kalo dimasakpun dagingnya gak banyak, gimana ni mba dan masnya, mau tetep di bakar atau dimasak??”
Galaupun melanda, memilih antara opsi bakar atau dimasak, dan akhirnya kami pun memilih opsi dimasak.
Dan untuk minuman sekaligus pencuci mulut kami memesan kelapa muda yang 1 paket dengan es batu dan sirup seharga Rp. 10.000.

Kekecewaanpun melanda kami akibat pernyataan dari sang pelayan tadi mengenai udang cengkrek yang kami beli. Karena beberapa dari kamipun membeli udang tersebut untuk dibawa pulang.

Makanan Kami Datang….
Wah makanannya terlihat enak, aku yang sebenarnya tidak begitu suka dengan seafood, cukup tergoda untuk mencoba beberapa menu yang sudah dipesan.
Ikan Baronang bakar dan Cumi saus padang benar – benar menggoda untuk dicicipi.
Datang lagi Kerang Hijau rebus dan Udang Cengkrek asam manis menghiasi tempat makan kami (jujur untuk makanan kloter kedua yang datang ini, aku kurang begitu tertarik, mungkin karena kurang suka dengan dua jenis makanan tersebut dan males juga membuka dan mengupas kulitnya, hehe ^^).




Setelah beberapa dari kami mencoba udang cengkreknya ternyata dagingnya cukup enak dan banyak, tapi tetap saja kenikmatan yang mereka tunjukkan belum dapat menggodaku untuk mencicipi makanan tersebut.


Well done, perut kami pun kepenuhan, walaupun belum dapat menghabiskan seporsi kerang hijau dan beberapa udang cengkrek yang akhirnya kami bungkus untuk dibawa pulang. Istirahat sejenak sambil menikmati kelapa muda yang menjadi menu pencuci mulut kami.setelah itu kami pun berencana untuk pulang, tapi sebelum itu ada satu tempat yang cukup menarik di sekitar tempat makan terdapat satu rumah makan juga yang terletak sedikit ke arah laut sehingga untuk menuju ke rumah makan tersebut harus melalui jembatan yang tersedia. Pemandangan indah membuat kamipun kembali berfoto – foto ria untuk kami jadikan kenang – kenangan. Setelah puas menikmati indahnya pemandangan di pesisir laut, kamipun pulang menuju rumah masing – masing.




Perjalanan menyenangkan yang dihiasi dengan pemandangan pesisir laut dan segala perangkat yang berhubungan dengan laut menjadi tema utama perjalanan kami kali ini.

So, semoga perjalanan kami kali ini dapat menginspirasi para pembaca untuk jalan – jalan ke tempat yang kami kunjungi kali ini.

Seperti yang saya katakan di perjalanan yang lalu..
“Tak peduli kemana kita pergi yang terpenting adalah dengan siapa kita pergi dan melakukan perjalanan”

See ya in the next journey ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HackingUniversity - Hacks • Pranks • Tricks • How-Tos.Get Falling Snow Effect